Saturday 24 July 2010

tahu telor buatmu



kunyalakan lampu kamar dan kuangkat tirai putih jendela yang menaungi kaca. hujan diluar membawakanku sepotong cahaya yang mengingatkan tentang betapa kau pernah sangat hangat padaku.

pagi ketika hujan juga turun waktu itu, kutanyakan hal ini padamu, “apa makanan kesukaanmu?” dan kau bilang, “ada dua masakan, sangat sederhana tapi selalu mampu membuatku bahagia. Ibu selalu memasakkan tumis kool dan oseng tempe buatku bila aku lagi balik di rumah di saat-saat libur semester kuliah,” ucapmu sambil menghirup kapal api panas yang baru kau seduh pagi itu.

sejak saat itu, aku bersungguh-sungguh bila memilih spitskool – jenis sayuran kool yang kau maksud. Kucari yang terputih dan paling gemuk, yang teksturnya lebih berair dan akan cepat lunak bila dimasak.

karena kau pasti tak pernah tahu, bukan? Ada lebih dari sepuluh jenis kool yang ada tersedia di pasar, ditumbuhkan alam untukmu dan mereka begitu mengagumkan dan memesona. Ada yang berwarna putih, hijau, dan merah, serta memiliki nama dan bentuk yang sangat beraneka; chinesee kool atau biasa disebut sawi putih; boerenkool yang akan muncul di musim dingin dengan tekstur agak keras dan kering; spruitkool yang bentuknya mungil-mungil; kapper kool yang biasanya dibuat urap; spitskoll yang kau sukai itu; rode kool yang berwarna merah; dan witte kool, bloom koll, paksol dan lain-lain nama dari jenis keluarga sayuran kool yang kuyakin belum tentu kautahu sebelum ini

(http://nyhady.multiply.com/journal/item/10/Macam-macam_kool_dan_tipsnya)

tapi hari ini aku mengingatmu dan aku memasak tahu telor, bukan tumis kool dan oseng tempe yang kita lahap di waktu hujan seperti saat dingin di luar mengepung kita waktu itu.

ada yang telah mati, dari tahu telor… tapi ia kembali malam tadi. Membangkitkan yang telah lama beku sementara tiap hari kau makin acuh dan menjauhiku. tahu telor itu…, membuatku mengerti bahwa aku butuh dicintai dan dihargai. Bahwa aku masih belum mati untuknya meskipun aku memasakkan tahu telor itu untukmu pagi ini.

kenapa kau tak bisa ditelpon?

tahu telornya masih hangat,
dan hujan akan membuatnya dingin dan basah bila kukirim melalui udara, dari Jakarta.

kenapa sulit mencapaimu hari ini?

lupakan pesan semalam tentang koran pagi yang kupesan untuk kau beli. tak apa… bila bagimu itu adalah hal yang sangat susah untuk mewujudkannya, aku paham dan mengerti-mengerti saja. jangn merasa terpaksa, jangan merasa aku menuntutmu... jangan ya sayang... karena itu cuma koran biasa, sementara yang kubutuhkan darimu hanya kau ada meski tak selalu terlihat untukku. aku sangat suka 'invisble man' mu.

dan siang ini, aku cuma butuh mengirim tahu telor ini buatmu,
tahu telor yang dia pesan, tapi di sela hujan...
aku masakkannya hanya untukmu.

sementara aku…

cukup kunikmati kapal apimu yang pahit dengan gula setakaran sama dengan kopinya - berdampingan dengan genji pie dan roti sobek yang kemarin kubeli di indomaret sebelah situ.


note:
catatan ini ditulis terlebih dahulu di note facebook, 23 mei 2010, waktu itu...

No comments:

Post a Comment