Aku tak bisa membayangkan bagaimana Taputti yang lembut di Mesopotamia bisa memiliki ide untuk menyuling kelopak rose halus, minyak, bebungaan serta essence aromatik termurni lainnya, di-ekstrasi, dimurnikan, lalu muncullah tetes-tetes wangi yang bisa bisa terus terhirup di bumi. Tetes beraroma lembut manis dan indah yang menginspirasi para biksu Santa Maria de Delle Vigne di Italia untuk memperkenalkan seni wewangian, membuat eropa barat yang bau menjadi sedikit beradab manis karena parfume yang diperkenalkan para santa perempuan itu di tahun 1221 di eropa.
Perfume…
Saya telah membaca novelnya, dikarang Patrick Suskind dan telah dibuatkan pula filmnya oleh Tom Tykwer – sutradara Jerman yang saya cintai karyanya.
Tentang Jean Baptiste Grenouille yang lahir tanpa bau tubuh namun memiliki indra penciuman yang luar biasa. Ia mampu memilah-milah seluruh bau yang ada di dunia. Cerita tentang bayi kecil yang berawal menyedihkan, tumbuh dilingkungan tanpa kasih, dan berakhir menjadi seorang pembunuh yang terobsesi pada bau manis tubuh manusia yang di dambakannya. Kisah pencarian tentang seseorang yang haus pada bau kebaikan dan keindahan yang berakhir tragis. Membunuh untuk mendapatkan bau terindah yang paling mustahil diciptakan seorang jenius science sekalipun.
Saya bukan Jean Baptiste, tentu saja itu saya tahu. Tapi saya juga memiliki kenangan akan bau. Serupa kenangan pada udara ketika ia menguar musik di lapisannya atau pada kanvas serta kertas ketika ia menampilkan image dan gambar yang muncul di atasnya. Nada lagu dan bau perfume juga foto dan gambar serta tulisan… adalah benda-benda yang semulanya berawal dari indera. Bau menampilkan godaannya pada hidung, musik mengisi telinga, dan imaji memenuhi mata. Benda-benda itu (bau-musik-gambar dan tulisan) ..mereka bisa membawakan pada kita peristiwa. Meski peristiwa tersebut telah berlalu sangat lampau sekalipun. Hal-hal tersebut: sang musik, sang gambar, sang catatan, sang bau, bisa menggali timbunan peristiwa di lapisan terdalam dan terbawah sekalipun kemudian serta merta memunculkannya di permukaan ingatan
Di antara hujan di rumah saya yang berantakan, tanpa sengaja saya temukan sisa perfume yang masih ada, pagi ini. Dan ketika saya cium sedikit demi sedikit urapan wewanginya, peristiwa itu muncul begitu saja, juga orang-orangnya..
Perfume ini mengingatkan saya pada dia yang tak bisa disebut namanya. Si kejam yang baik hati dan manis. Beraroma melati dan pada saat tertentu bisa kembali menguarkan lagi wangi manis melatinya seolah bunga putih kecil itu ada di sana. Pada tawa dan perasaan bersalah karena tak tahan pada buah terlarang, saya mengingat aroma perfume ini...
Ini perfume yang selalu mengingatkan saya pada salju. Perfume yang saya pakai waktu itu, dan sekarang baunya menyerupai perfume ber-merk aqua lily. Produk the bodyshop yang dulunya disebut 'Oceanus'. Wanginya lembut dan baik hati. Hangat dan memeluk saya dalam keramahan yang bergelora. Ada percik semangat dan juga optimisme yang rendah hati pada parfume ini. Saya pakai selama di Berlin. Menyelamatkan saya dari cengkraman dingin. Setiap menyemprotkannya, saya teringat winter dan currywursst, Juga Berlin dan sisa temboknya yang pernah angkuh dan begitu dingin.
Ini adalah tentang dia si anak bawel. Perfume yang menemani saya selama di KL. Dalam pertikaian kecil juga dalam mesra-mesra yang tak pernah diketahui akan membawa kemana, hati saya tertawan padanya seperti wewangi manis yang dimasukkan para peracik cologne dalam botol cantik dan meruap setiap kali mengenakannya. Jalan-jalan malaysia dan perjalanan panjang yang berakhir pada segala kegagalan (di ending cerita - baik pada film produksi dan kisah kami), tetap tak bisa menghengkangkan saya dari aroma kebersamaan yang bahagia saat bersama. Saya pikir, sebagaimana perasaan saya pada perfume ini, saya akui saya jatuh cinta pada dia. Pernah - setidaknya (lihatlah isi botol perfume-nya yang telah habis karena saya amat menyukainya). Meski berakhir buruk, tapi segala yang terjadi pada waktunya saat itu, cukup indah dan menimbulkan kenangan akan matahari dan hujan yang hangat saat mengingatnya.
segala hal, dengan segala batu keras dan bunga indahnya serta udara dingin dan matahari cerahnya, pada akhirnya adalah tetap sebuah proses, dimana kita melangkahkah kaki di jalinan hari-hari. Dan setiap hari, adalah milik kita yang sempurna, meski ia tampak sederhana.
*pakai perfume apa ya yang akan saya pakai untuk suting siang ini di kantor LBH?
halah! hehe :)
Thursday, 11 November 2010
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment