Friday 26 November 2010

DONGENG HATI




Syahdan,
Ada seorang gadis yang malaikat pun tak ingat namanya... Karena saat kelahirnya para malaikat sedang sibuk mencuci sayap mereka. Gadis itu lahir di bumi, dibesarkan di neraka. Bulan terbelah dua ketika tangis pertamanya pecah.





Gadis itu tumbuh besar..
Di neraka dia belajar menjahit isi otaknya agar tidak terbang ke mana mana. Memulas bibirnya dengan senyum tulus-tapi-palsu-semi-otomatis. Diajarinya bibir itu cara berkata "ya" dengan sempurna. Dari neraka, dia tahu mata bukan jaminan apa apa. Manipulasi gampang di pelajari. Tatap matanya sendiri kosong, mirip liang kubur yang belum di huni.

Suatu hari, gadis yang bahkan malaikat pun tak ingat namanya itu pergi ke bumi. Berhenti di sebuah stasiun kereta api, saat itu dini hari. Hanya ada satu orang di sana, entah manusia entah bukan dia tak ambil perduli. Gadis itu duduk, dan bertanya

"Menunggu kereta kah kamu?"
Orang di sampingnya menjawab "Aku menunggu kereta melindas hatiku."
Sunyi.

"Apa itu hati?" di neraka gadis itu tak kenal hal yang bernama hati, mungkin itu sejenis gadget terbaru.
Sunyi lagi

Orang itu menjawab, suaranya denting kristal "Hati adalah sesuatu yang bisa sakit, tapi tak ada obatnya. Bisa diberikan, tapi tak penah bisa diminta paksa. Bisa diberikan, tapi tak bisa dipinjamkan. Bisa diberikan, tapi bisa juga dibuang begitu saja.. Itulah yang namanya hati."

"Kedengaranya buruk sekali..., di tempat aku dibesarkan tak ada yang punya hati, atau mungkin mereka punya, tapi tak lagi menginginkannya,.. Hati itu terdengar agak mengerikan bagiku.."
"Ya memang agak mengerikan, tapi tak seburuk itu.."
"Lalu mengapa kamu ingin membuatnya digilas roda kereta?"
"Entahlah... Aku tak tahu kenapa."
"Lalu dimana hatimu sekarang? Sudahkah kereta melindasnya? "
"Belum. Hatiku masih disini.."
Gadis itu diam, menatap orang disampingnya sejenak kemudian berkata, "Sedemikan pentingnyakah menyingkirkan hatimu? "
"Penting. Karena sakit sekali... Di sini."
"Ooh..."

Lirih... Suara gadis itu terdengar lirih. Dia belum tahu seperti apa itu hati, tapi bila orang ini demikan ingin menyingkirkan hatinya, pasti hati bukanlah hal indah..

sunyi lama sekali

Gadis itu sempat memandang mata orang di sampingya. Warnanya agak aneh, satu biru dan satu merah muda.




"Sudah hampir pukul 4, sebentar lagi kereta lewat, melindas hatiku.. kamu pergilah, bila tak ingin mimpi buruk setiap malam." ucap orang di stasiun kereta itu.
"Haha.. di tempatku, kami tak bermimpi... mimpi itu bodoh.., tapi, kurasa aku akan pergi, kereta yang melindas sesuatu jelas bukan pemandangan menarik."
"Ya pergilah.. Selamatkan hatimu... "
"Jelas aku akan pergi.. tapi satu pertanyaan lagi, apakah hati itu bisa dipegang? seperti apa bentuknya?"
"Hati...." seseorang di stasiun kereta api itu menghela nafas panjang. "... Ia tak bisa dipegang, bahkan lebih sulit memegang hati dari pada kata-kata.. tapi konon hati bisa disentuh.. hanya dengan hati yang lain, ...tapi itupun aku tak yakin.. mungkin itu cuma ocehan omong kosong orang-orang mabuk."
"Hmm... baiklah.. kapan hari bila ada waktu luang, akan kucari tahu seperti apa hati itu.. semoga beruntung..au dieu.."
"Arrividerci.."



Matahari tembaga yang tulus mulai muncul.. Gadis yang namanya tak di ingat malaikat itu kembali ke neraka.
Malam harinya di neraka, sang gadis berpikir... Seperti apakah hati? Kenapa tak bisa dipegang tapi bisa demikian sakit? semacam memarkah? Atau luka yang demikan dalam? Atau ia sakit karena virus? Dengan apa dia bisa dilukai bila bahkan tak bisa di pegang?

Semakin malam.. semakin gadis itu berpikir...
Aku ingin tahu seperti apa itu hati....
Bila orang tadi punya, mungkin aku bisa punya satu juga...

Kemudian dia teringat satu dongeng lama tentang hati...
Dongeng yang dia dengar di hari ketika dia lahir, sebuah dongeng dari bumi...

Katanya, hati itu punya warna
Cuma dia tak lagi ingat
Apakah warnanya biru ataukah ia merah muda...



(diceritakan oleh: Melao Kamisama, diposting ulang oleh ucu untuk erick sebagai pancingan untuk cerita grafis)

________________________

No comments:

Post a Comment